Suara di balik Aplikasi Learn Quran Tajwid

Author : Fadilah Arief

20170721_081015 (1)

Mengenal Sosok Ustadz Fajri: Penasehat di balik Aplikasi Learn Quran Tajwid

Usianya terbilang belia, baru saja seperempat abad merasakan hingar-bingar dunia. Namun jangan terpedaya, sedikitnya jumlah usia tak lantas membuatnya sepadan dengan ilmu dan pencapaian yang diperolehnya.

Pencapaian sang Ustadz selama ini memang tak lepas dari peran orangtuanya. Ustadz Fajri berasal dari keluarga sederhana yang dekat akan agama. Tak hanya keluarga kecilnya namun  seluruh elemen dalam keluarga besarnya dididik di bawah naungan Ilmu Islam yang kental. Kedudukannya sebagai anak pertama, menjadikan beliau mendapatkan pengasuhan maksimal dalam masa 5 tahun pertama usianya.  Tak ada Taman Pendidikan Al-Qur’an  maupun playgroup, pengasuhan usia dini murni dilakukan oleh kedua orangtua sebelum beliau memasuki Taman Kanak-Kanak. Nilai-nilai Islam begitu tersistem dilatih agar selamanya melekat di hati, salah satunya ialah penanaman rasa malu tatkala berbuat cela.

Bakat kecerdasan Ustadz Fajri telah terlihat sejak sangat dini. Disaat teman sebayanya baru mampu berbicara, pada usia 3 tahun beliau telah mampu membaca koran dengan lancar. Beliau pun memulai pendidikan di bangku Taman Kanak-Kanak tingkat B dengan usia yang lebih muda daripada rekan seusianya. Begitupun saat memasuki Sekolah Dasar, hingga sang Ibu pernah sesekali menantang Kepala Sekolah untuk  menguji  anaknya, dan menunjukan bahwa sang anak telah layak menapaki jenjang Sekolah Dasar tersebut.

Meski tergolong penyendiri, Ustadz Fajri merupakan anak yang berprestasi. Beliau selalu mendapat peringkat terbaik dalam kelasnya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Suatu waktu beliau menempati peringkat 3. Kemarahan besar sang ayah pun tersulut dan membuat semua permainan yang beliau miliki dengan mudahnya lenyap dalam sekejap.

Dengan pemahaman yang sebegitu luas dan mengakar tentang Islam, tak ada yang menyangka jika beliau tak pernah mengenyam pendidikan formal agama sejak SD hingga SMA. Semua beliau lalui melalui pendidikan Negeri. Kerja keras yang penuh totalitas lah kunci besar beliau berada pada titik ini. Prinsip hidupnya adalah menjalankan apa yang telah digariskan Qur’an dan hadits. Sepenuhnya; seutuhnya. Sepuluh muwashaffat muslim pun ditegakkan dalam dirinya, dalam upaya menjadi muslim terbaik! Mencari role model yang sesuai dengan cita-citanya adalah satu kiat beliau untuk menjadi yang paling unggul dalam bidang keilmuan yang digeluti.

Dalam dunia pendidikan informal, tak banyak yang beliau jalani. Sesekali mengikuti sempoa, karate dan memperdalam bahasa Inggris maupun Arab dalam waktu yang singkat. Berbanding terbalik dengan pengalaman perlombaan yang ia selami. Dalam bidang non-akademis saja beliau pernah mengikuti lomba debat, pidato berbahasa Arab maupun lomba Tahfidz tingkat Nasional. Ustadz Fajri pun menguasai empat bahasa Internasional diantaranya Indonesia, Arab, Inggris dan juga Jerman.

Berbicara tentang sisi ke-Qur’annya, saat di jenjang Sekolah Dasar hafalan beliau hanya sebatas 2 juz atas dasar permintaan orangtuanya.  Memasuki Sekolah Menengah Pertama, beliau lalui begitu saja tanpa hafalan yang bertambah. Hingga akhirnya saat SMA hafalan beliau pun bertambah menjadi 12 juz. Delapan belas juz sisanya belum dalam genggaman. Beliau menuntaskannya saat lima bulan pertama memasuki perguruan tinggi hingga utuhlah hafalan Qur’annya dengan mutqin. Yang menarik ialah, beliau tak hanya menghafal satu jenis Qira’at dalam membaca Qur’an , namun sepuluh Qira’at. Dimana masing-masing Qira’at terdapat dua jenis riwayat. Dan jika dijumlah secara keseluruhan, itu artinya beliau mampu menghafal dua puluh jenis bacaan Qur’an yang berbeda-beda.

Pada tahun 2009 ustadz Fajri memasuki jenjang perkuliahan pada jurusan Kimia, Universitas Indonesia. Sayang, restu orangtua yang tak di tangan membuatnya berhenti meski belum genap satu semester. Nyatanya, jalan lain yang lebih indah menanti. Beliau diterima di Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University, Riyadh pada tahun yang sama.

Image result for Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University, Riyadh

Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University, Riyadh

Tujuh tahun masa perkuliahan dimanfaatkan dengan sangat maksimal oleh beliau. Pada masa inilah, keilmuan sang ustadz berakselerasi dengan begitu cepat. Dua tahun pertama, beliau tak hanya menuntaskan hafalannya, namun juga menghafalkan beberapa kitab hadits dan beberapa matan cabang keilmuan Islam. Beliaupun melancarkan komunikasi Bahasa Arab dengan teramat fasih.

Tak hanya piawai dalam dunia akademis. Keeksisannya dalam berorganisasi dan berpolitik sudah terlihat sejak Sekolah Menengah Pertama. Beliau diajukan untuk menjadi Ketua OSIS sebanyak dua kali saat SMP, dan satu kali saat SMA. Namun semuanya beliau tolak hingga akhirnya memegang peran besar dan strategis lainnya di sekolah. Ketika memasuki dunia kuliah, beliau dicalonkan sebagai ketua angkatan Kimia UI 2009, yang lagi-lagi ditolaknya. Namun kemudian di dunia kampus yang lain, beliau diberikan amanah sebagai Ketua Forum Mahdzab Syaf’I. Dan forum tersebut menjadi lembaga terakhir yang beliau geluti sebelum akhirnya memutuskan untuk benar-benar fokus meniti akademis selama empat tahun berkuliah.

Pada tahun 2016, Ustadz Fajri menyelesaikan studi S1 nya dengan predikat lulusan terbaik. Indeks Prestasi Kumulatif yang diperoleh yaitu 3.9 dari skala 4. Oleh karenanya, ia mendapat hadiah berupa perjalanan Haji tak berbayar. Pada saat kuliah, beliau menjadi mahasiswa khusus yang diistimewakan oleh para Syaikh dan Profesor di Universitasnya. Begitupun pada masa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Keterlibatannya dalam dunia olimpiade Fisika dan Kimia membuat beliau menjadi anak emas bagi guru-gurunya.

Setelah lulus jenjang S1, Ustadz Fajri memburu berbagai kesempatan untuk tetap dapat melanjutkan studinya setinggi mungkin. Takdir Allah menjadikan beliau diterima pada Universitas Oxford di Inggris, meski pada akhirnya beliau melepaskannya. Universitas bergengsi lainnya pun menanti, beliau kemudian diterima di King Saud University, Riyadh pada Jurusan Masters of Laws.

 

Image result for king saud university

King Saud University, Riyadh

 

Terdapat beberapa hal unik dibalik seorang Ustadz muda nan cerdas ini. Salah satu makanan favorit sang Ustadz sejak kecil adalah permen Yupi. (Hmm..) Dan ia pun tak segan untuk membagikan apa yang beliau senangi kepada orang-orang disekitarnya. Beliau juga merupakan seorang penggemar conan, dan telah menamatkan komik-komik terbitan Negara Sakura tersebut. Tak hanya itu, Ustadz Fajri tergolong ke dalam pecandu Star Wars dan Sherlock Holmes, dan telah menuntaskan buku dan film-film yang diterbitkan. Namun nyatanya, hal ini tak lantas membawa dampak yang hanya memenuhi kesenangan duniawi. Akan tetapi mampu mempengaruhi pola pikir beliau dalam menghadapi pemikiran-pemikiran menyimpang yang marak berkembang.

Kini aktivitas utama beliau adalah sebagai manager di Yayasan BISA. Selaku Co-Founder, pekerjaannya ini tak begitu menyibukkan beliau. Hanya 3 jam dalam sehari alokasi waktunya diperuntukan untuk bekerja. Hingga banyak yang berpersepsi bahwa beliau seakan pengangguran, dengan segudang aktivitas harian yang lebih sering dipenuhi kontribusinya untuk ummat. Beliau rutin mengisi kajian dan khutbah di beberapa tempat. Diantaranya yaitu Masjid Ukhwah Islamiyah, Indonesia Qur’an Foundation, asrama LIPIA, BSD City, dan beberapa tempat lainnya. Beliau tergolong salah satu ustadz yang tak mau menerima bayaran akan ilmunya. Baginya balasan memberi adalah memberi. Sebab sejatinya transaksi memberi dan menerima ilmu hanya terjadi antara Allah dan hamba-Nya, bukan antar manusia yang hanya sekedar perantara.

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (H.R. Tirmidzi)

Tak hanya ummat yang menjadi fokus pikirannya, hadits diatas pun dimaknai betul oleh beliau. Keluarga menjadi hal yang tak pernah luput dari perhatianya. Demi mengembangkan kemampuan kognitif kedua anaknya, Ustadz Fajri rutin bermain lego bersama setiap hari dan  juga mengajarinya pendidikan Islam sejak dini. Ia pun rutin mengajari sang istri yang berstatus sebagai adik tingkatnya di bangku perkuliahan.

Membaca buku adalah makanan pokok seorang Ustadz Fajri. Entah sudah berapa ratus beliau tamatkan.  Ketika beliau menggemari seorang tokoh penulis, maka semua karya tokoh tersebut akan beliau lahap habis sebagai bekal pengetahuannya.

Dalam beberapa tahun kedepan, Ustadz Fajri bertekad untuk melengkapi khazanah hukum Islam di Indonesia dengan menjadi seorang Pakar Hukum Ekonomi Islam. Beliau berharap dapat menciptakan konsultan Hukum perkara syari’ah sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ummat. Untuk mencapai titik tersebut, sejak beberapa tahun silam beliau telah tergabung dalam Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI) dan beberapa lembaga serupa lainnya.

Terakhir, Ustadz Fajri berpesan kepada pemuda-pemudi masa kini. Jika ingin menjayakan Islam, maka perdalamlah ilmu Islam tersebut lebih dulu sebagai landasan, acuan dan juga tameng. Kokohkan core ilmu islam yang berkorelasi dengan peminatan yang ditekuni, pelajari tasawuf dan juga akhlak. Lalu fokus dan totalitaslah dalam belajar. Kemudian barulah bandingkan dengan ilmu-ilmu Barat.

Jadilah seseorang yang ahli dan konsentrasi dalam bidang akademis yang sedang digeluti. Perkuatlah keahlian hingga kelak menjadi sosok rujukan banyak orang dalam bertindak. Disaat yang bersamaan, jadilah hamba yang dekat dengan Al-Qur’an. Yang baik bacaannya, yang tidak sekedar menghafal namun memahami kandungannya lalu mengamalkannya. Apapun profesi yang dijalani, memperdalam ilmu tafsir adalah kewajiban. Dan itulah yang akan menyelamatkan manusia dari segala bentuk penyimpangan dunia.

 

Ditulis oleh Defani Herbiana Arima untuk Learn Quran

Read More
kaaba-186622_1920

Tips Menghafal Qur’an Bagian Kedua (terakhir)

Kelanjutan dari Tips Menghafal Qur’an Bagian Pertama.

 

Ketika menghafal

Tiap insan berbeda. Aku, kau, jua ia masing-masing memiliki cara. Ada yang memiliki tipe belajar audio, visual maupun kinestetik. Tips berikut bisa disesuaikan sesuai karakter individu masing-masing.

 

  • Mengulang ayat

Ulanglah setiap ayat sebanyak minimal 20 kali dengan kondisi mata terbuka melihat mushaf, tidak boleh tidak. Proses tersebut merupakan perekaman secara visual yang dilakukan oleh kedua mata. Lakukanlah dengan suara yang lantang dan konsisten, lantaran telinga pun ikut melakukan proses perekaman tersebut. Jangan lupa untuk tetap fokus saat membaca dengan membayangkan makna maupun rangkaian cerita yang disampaikan kalamullah.

Ketika satu ayat sudah dihafal, maka hafalkan ayat berikut dengan metode yang sama. Ketika ayat satu dan dua sudah hafal maka gabungkanlah dan ulangi ayat. Begitupun seterusnya.

Jumlah pengulangan masing-masing orang pun sejatinya berbeda-beda, semakin banyak mengulang menyebabkan semakin banyak waktu yang kita gunakan bersama Qur’an. Artinya, Qur’an sedang ingin kita terus membersamainya. Berbahagialah!

 

  • Bagi menjadi beberapa bagian

Dalam satu halaman Qur’an yang umum digunakan terdapat 15 baris. Bagilah ayat-ayat tersebut menjadi empat bagian untuk memudahkan kita dalam mengulang-ulang ayat. Setelah keempat bagian dihafalkan, maka gabunglah hafalan dari awal hingga akhir baris.

 

  • Menulis ayat

Pernahkah kalian mendengar pernyataan ulama bahwa, satu kali menulis hafalan sama dengan mengulang hafalan sejumlah sepuluh kali? Metode ini patut untuk dicoba. Sebab dalam proses menulis terdapat proses transfer tulisan yang begitu detail dan mendalam.

 

  • Gunakan mushaf per kata

Jika belum memiliki mushaf per kata, maka tak perlu ragu untuk merogoh sedikit kocek untuk membeli Qur’an baru. Ini  namanya investasi akhirat. Cukup sekali seumur hidup karena ia takkan habis termakan zaman.  Pun harganya tak semahal koleksi novel-novel kita yang terpajang di lemari.

 

  • Jangan berganti mushaf

Jika sudah menetapkan untuk menghafal, gunakanlah mushaf yang sama hingga hafalan tuntas disetorkan. Banyak perbedaan terkait peletakan kata per kata pada beberapa mushaf. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa perlu konsisten dalam memakai mushaf. Dikhawatirkan perekaman visual otak terganggu karena posisi yang berubah-ubah.

 

  • Memahami Makna

Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup manusia. Takkan ada petunjuk jika maksud dan maknanya pun belum sanggup kita terima. Hafalkanlah dengan memahami makna yang ingin Allah sampaikan agar lebih melekat dan senantiasa mudah diingat. Jadikan ayat-ayat yang kita hafal tak hanya menjadi lantunan-lantunan yang sekedar menggerakan bibir, namun jua menggetarkan hati.

 

  • Berilah waktu khusus

Sediakan waktu khusus setiap hari, misal pukul 05.00-06.00 secara persisten. Salah satu waktu yang paling dianjurkan untuk menghafal adalah saat subuh, waktu yang diberkahi. Pikiran pun masih segar, belum ada beban yang menerpa di hari itu hingga menghafal pun terasa lebih mudah.

“Ya Allah, berkatilah umatku di pagi hari.” (H.R. Abu Dawud, al- Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ber-qur’an di waktu pagi juga dapat memberi energi positif yang berdampak baik terhadap aktivitas kita sehari penuh.

 

  • Mendengarkan Muratal Berulang

Kini banyak sekali aplikasi pengulangan ayat Qur’an yang membantu para hamilul Qur’an untuk menambah hafalannya. Beberapa diantaranya Al Quran Indonesia dan Ayat-Al Quran. Suara syaikh yang beragam dengan jumlah pengulangan yang bisa diatur, akan memudahkan otak merekam rangkaian kata maupun irama yang terlantun.

 

  • Temukan lokasi dan posisi favoritmu

Kriteria tempat nyaman setiap orang berbeda-beda. Carilah spot menghafal yang membuat jiwa semakin syahdu ketika membaca pesan cinta-Nya . Ada tipe penyendiri yang hobi memenuhi sudut ruang, ada pula yang cenderung mendamba area terbuka. Hindari posisi tubuh yang menyebabkan cepat lelah bahkan mengundang kantuk! Jika kantuk menyerang, bersegeralah untuk wudhu atau terapkan posisi berdiri dalam menghafal.

 

  • Jangan putus asa, ikhtiarlah tanpa batas

Bagi sebagian orang, menghafal memerlukan perjuangan khusus yang membuatnya terseok-seok. Berjam-jam menghafal hanya mendapat sedikit bagian.  Ibarat dihadapkan pada jalan mendaki setelah puluhan jam berlari; lelah seakan ingin berserah. Namun percayalah, ia hanya sejumput rayuan syaithan yang sejatinya lemah lagi harus dilawan. Yakin akan janji Allah dalam QS Al-Qamar : 17, kan? Segalanya mungkin dengan izin Allah ☺

 

Pasca menghafal

  • Miliki Lingkungan Mendukung

Allah telah menjanjikan Qur’an mudah untuk dihafal dan dipelajari. Tentu harus didukung dengan ikhtiar-ikhtiar yang maksimal dari setiap diri. Salah satunya mencari lingkungan yang memiliki visi yang sama; menghafal Qur’an. Metode ini merupakan salah satu yang cukup ampuh untuk menjaga konsistensi kita dalam menghafal. Ada kenikmatan ber-Qur’an yang terasa jauh berbeda ketika dilakukan dengan bersama-sama. Selain itu, kebersamaan dengan para calon keluarga Allah juga akan menumbuhkan semangat ber- fastabiqul khairat.

 

  • Muraja’ah (Mengulang Hafalan)

Percaya ataupun tidak, menambah hafalan itu jauh lebih mudah dibandingkan menjaganya. Ada kobaran semangat yang besar ketika hafalan kita bertambah dan bertambah. Jika sudah pernah menghafal, maka jagalah hafalan tersebut dengan senantiasa mengulangnya.

Cara muraja’ah yang ideal adalah jumlah hafalan dibagi 7 hari. Misal, hafalan yang dimiliki adalah 7 juz, maka ulanglah hafalan tersebut satu juz tiap harinya agar semua terputar dalam satu pekan.

 

  • Tasmi’ (Memperdengarkan Hafalan)

Memperdengarkan hafalan kepada orang lain adalah sarana penjagaan hafalan agar tetap akurat sesuai dengan yang Allah turunkan. Selain itu, tasmi’ menjadikan hafalan yang kita miliki semakin lancar.

 

  • Ulangi saat Tahajjud

Tahajjud adalah ladang bagi para penghafal Qur’an. Hafalan-hafalan yang telah disetorkan kepada musyrif/ah, alangkah indahnya jika kemudian disetorkan dihadapan Allah melalui shalat malam; saat sunyi dimana orang-orang lelap tertidur. Kekhusyukan terasa begitu maksimal di waktu emas ini. Takkan ada yang mengingatkan, tak ada yang mengoreksi hafalan yang salah saat shalat. Otak pun dengan sendirinya akan memaksa bekerja lebih keras mengingat hafalan ketika ada yang terlupa. Inilah kekuatannya.

Waktu yang panjang pada dini hari ini membuat diri lebih fokus untuk memuraja’ah hafalan tanpa distraksi dari lingkungan sekitar.

 

  • Jaga diri dari maksiat

Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.

Maksiat itu bagaikan scenes horror yang akan menghantui pikiran terus menerus, lalu memecah konsentrasi dan akhirnya mengacaukan hafalan.

Maksiat itu bagaikan lemak yang ada di saluran pembuluh darah. Makin banyak dan menumpuk, maka semakin menyumbat dan menghambat!

Intinya, maksiat membuat kita jauh dan malas dekat-dekat dengan Qur’an. Menyedihkan, bukan?

 

Metode menghafal sangatlah banyak dan beragam. Tak perlu semua langkah harus diterapkan jika ingin menghafal Qur’an. Sebab, tujuan yang serupa tak mesti dilalui dengan jalur yang sama bukan? Masing-masing bisa disesuaikan tergantung bagaimana individunya.

Menjadi hafidz-hafidzah bukanlah tentang seberapa banyak ayat yang mampu kita hafal, namun seberapa banyak waktu yang mampu kita luangkan bersama Qur’an. Tanamkan dalam jiwa, bahwa menghafal itu bukan untuk khatam, melainkan untuk tetap setia membersamai  Qur’an hingga ajal datang menjelang.

Selamat bermesraan dengan Qur’an, duhai para calon keluarga Allah. ☺

 

Ditulis oleh Defani Herbiana Arima untuk Learn Quran

Read More
kaaba-186622_1920

Tips Menghafal Qur’an Bagian Pertama

 “Gimana sih metode menghafal Qur’an yang baik?”

“Kak tips menghafal dong.”

“Sharing dong ukh tips menghafal Quran-nya gimana.”

Beberapa kalimat serupa yang seringkali menghujani  para penghafal Qur’an. Bak teka-teki yang tak jua terungkap hingga khalayak terus terjerat pada pertanyaan yang sama; bagaimana metode menghafal?

Terdapat dua jenis kiat dalam menghafal  Qur’an. Diantaranya bersifat teknis, berupa  mekanisme yang dilakukan saat menghafal, dan yang lainnya bersifat non teknis, berupa persiapan sebelum menghafal. Banyak orang bertanya dan terfokus pada hal yang bersifat teknis. Dan sayangnya, seringkali abai bahwa ada hal lain yang jauh lebih krusial dibandingkan metode, yakni persiapan ruhiyah.

Terdapat 4 persiapan ruhiyah yang patut diperhatikan.

  • Ikhlaskan niat

Niat adalah salah satu hal yang paling vital yang terletak di hati. Luruskan niat hanya karena mengharap ridha Allah dan kehidupan hari akhir yang abadi. Bertanya skeptislah terhadap diri, “Wahai hati, untuk apa dan siapa kau menghafal?”

 

  • Bersihkan hati

Hati yang berpenyakit jauh lebih berbahaya dibanding sakitnya jasmani, sebab lebih sulit terdeteksi, sulit diobati. Hati akan mencerminkan bagaimana manusia bersikap.

Diantara penyakit hati diantaranya hasad, su’udzon, takabbur, riya’, ujub dan  kikir. Seluruhnya harus lekas dilenyapkan sebelum hati yang kotor semakin mengerak dan kian sulit untuk dibersihkan.

 

  • Tingkatkan takwa

Bila kita sudah berambisi untuk menghafal maka tingkatkanlah takwa. Jadilah pribadi yang taat perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Upaya ini sebagai bagian untuk mencari ridha Allah agar langkah kita senantiasa dimudahkan. Sebab metode sehebat apapun yang diterapkan, ikhtiar sekeras apapun, jika Allah tidak berkehendak maka segala sesuatunya takkan pernah bisa terjadi.

 

  • Perbaiki adab

“Terapkan adab sebelum mencari ilmu, carilah ilmu sebelum beramal”

Adab berarti sikap, tata karma dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai sopan santun, kebaikan dan budi pekerti.

Adab adalah akar dari amalan yang kita lakukan sehari-hari.  Adab yang baik akan membuahkan keberkahan ilmu. Sebagai seorang penghafal Qur’an, beberapa adab yang perlu diperhatikan diantaranya; adab terhadap guru dan adab terhadap Al-Qur’an.

Setelah diri dan hati siap untuk menerima ilmu, barulah berlanjut ke dalam persiapan menghafal itu sendiri.

Metode menghafal dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu pra, ketika dan pasca menghafal.

Pra Menghafal

  • Ketahui fadhillahnya

Dalam kitab At-Tibyan karangan Imam Nawawi, dipaparkan dengan jelas belasan keutamaan bagi para penghafal Qur’an yang bersumber dari hadits dan Qur’an itu sendiri. Sebagian diantaranya ialah menjadi sebaik-baiknya manusia, ditinggikan derajatnya, dibersamakan dengan malaikat yang mulia, menjadi syafa’at  pada hari kiamat, menjadi orang yang berhak diberi rasa iri, memberi mahkota bercahaya kepada orangtua di hari kiamat, dll.

Kenikmatan yang tak fana ini tentu sangat menggiurkan bukan?

 

  • Mulailah dengan segera

Ketika kenginan dan tekad sudah bulat untuk menghafal, bersegeralah untuk memulai tanpa tunda. Ingatlah bahwa syaithan itu hobi menggoda!

 

  • Tulislah target

Sebagian orang menganggap sepele sebuah target. Padahal dengan target kita mampu mengontrol capaian yang akan kita raih. Tak hanya itu, target juga dapat mengembalikan daya juang yang meluntur ketika diri mulai futur. Pada tiap akhir pekan, jangan lupa untuk mengevaluasi target yang kita miliki. Dan susunlah rencana serta strategi baru untuk menghadapi pekan-pekan berikutnya!

 

  • Berdo’a

Rasulullah mengatakan, “Sesungguhnya Tuhanmu adalah murah hati dan pemalu. Jika hamba-Nya mengangkat tangannya kepada-Nya (dalam permohonan) Ia menjadi malu untuk mengembalikan mereka dalam keadaan kosong. “(H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

Ikhtiar tentu perlu diiringi dengan do’a. Berdo’alah dengan penuh harap kepada Allah untuk dimudahkan dan diberkahi dalam menghafal, terlebih diwaktu-waktu mustajab. Mohonkan pula do’a dari orangtua agar kian mendekatkan ridha-Nya

Rasulullah bersabda kepada Amiril Mukminin:”Aku akan mengajarkanmu sebuah doa yang membuat dirimu tidak akan melupakan ayat-ayat al-Quran.”

’اللهم ارحمني بترك معاصيك أبداً ما أبقيتني، وارحمني من تكلف ما لا يعنني، وارزقني حسن المنظر فيما يرضيك عني، وألزم قلبي حفظ كتابك كما علمتني، وارزقني أن أن أتلوه على النحو الذي يرضيك عني. اللهم نور بكتابك بصري، واشرح به صدري، وفرح به قلبي، وأطلق به لساني، واستعمل به بدني، وقوني على ذلك، وأعني عليه إنه لا معين عليه إلا أنت، لا إله إلا أنت‘

Ya Allah Swt rahmati untuk (dapat) meninggalkan maksiat kepada-Mu selamanya selagi engkau masih memberi kesempatan kepadaku. Kasihani diriku dari hal yang tak sanggup aku pikul. Karunialiah aku itikad baik dan ketertarikan kepada hal yang Engkau sukai. Teguhkan hatiku untuk menghafal kitab-Mu sebagaimana Engkau ajarkan kepadaku. Karuniailah aku untuk (dapat) membacanya sesuai yang Engkau sukai. Ya Allah dengan kitab-Mu terangilah penglihatanku, lapangkanlah dadaku, bahagiakan diriku, bebaskan (belenggu) lidahku, terapkanlah kepada badanku, kokohkanlah diriku atasnya dan bantulah diriku untuk hal tersebut, sesungguhnya tiada penolong untuk hal tersebut kecuali Engkau, tiada tuhan selain Engkau.

Tips Menghafal Qur’an bersambung ke bagian 2  >>

 

Ditulis oleh Defani Herbiana Arima untuk Learn Quran

Read More
quran-1409495_1920

Getting Closer to Al-Quran: the Muslim Millennials Ways

In Islam, the Holy Quran is believed as the one true guideline that human beings should look up to and apply in their everyday situations. Comprised of 114 surahs, the Quran acts as the most perfect reference compared to prior ancient holy books, as believed by Muslims.

Not only do the surahs in the Quran explain largely about Islamic rituals (i.e. salah, zakah, etc), they also contain valuable life lessons. It guides us to be on the straight and right path. Indeed, that is exactly how it is stated in Surah Al-Haqqah ‘…the Quran is a reminder for the righteous’ (QS 69:48). The verses can easily touch the hearts who read them wholeheartedly. Such idea can be found as part of Surah Ar-Ra’d ‘…verily in the remembrance of Allah do hearts find rest’ (QS 13:28). As a result, having a constant and intensive interaction with the Holy Quran should be our priority as Muslims wherever we are.

With little doubts, Muslims all over the world most usually have the Holy Quran somewhere placed neatly in one of their shelves in their homes. Moreover, since we live in the digital era nowadays, the full version of Al-Quran can easily be accessed through whatever gadget Muslim millennials have.

Nevertheless, have you ever wondered, how many of us really interact with our Holy Book on a daily basis? If so, how many times do we read the Quran in one day? On a different perspective, if we do read the Quran, the majority of us tend be done once we have read the Arabic version of the verses. Furthermore, we also tend to focus on how many verses or juz we are reading rather than comprehending the meaning behind the verses. There is a possibility that we might not realise how strong and powerful the Holy Quran really is.

In this article, four alternative solutions are presented, especially for Muslim millennials to be closer to and get to know the Holy Quran better. It is a well-known fact that people nowadays are clinged to their gadgets so why not use technology to get to know Islam, particularly through the Holy Quran, better?

As one of the leading Islamic App, Muslim Pro has offered simple day-to-day base Islamic features, such as prayer reminders and qibla. Moreover, Al-Quran has been made available to its users completed with its translation in the chosen language. Quite regularly, once a day even, Muslim Pro notifies its user a ‘Verse of the Day’. As portrayed by the name, users are given one random verse of the Quran with just one click away. Such feature is particularly useful since users are presented consistently with one verse a day, with just little efforts made.

Furthermore, another app that is very much popular among the millennials nowadays is Instagram. According to Statista.com, Instagram is used by around 800 million users per September 2017. On a daily base, 500 million accounts access Instagram. These numbers show how the majority of people nowadays are influenced by this particular kind of social media. Despite the drawbacks Instagram (or any other social media) might have, as once written by Noshin Bokth, we can always turn our perspective and see it as a tool that offers advantages, too.

Among many accounts that offer Islamic perspective in their feeds, @quransayings which is followed by a little over 1 million followers, consists of verses of the Quran displayed in beautiful pictures with appealing fonts for Muslim millennials. One picture weighs no more than two verses of Surahs that are very light and related to everyday conditions.

A perfect example of this is an image that was posted about Surah Adh-Dhariyat (QS 51:50) that was liked by over 41,000 likers. The post also received kind and positive comments from Muslim brothers and sisters across the world. On the comments, most of them seem to really find such posts very encouraging and empowering.

Although a specific look at Quran quotes and the effect they might have on someone (e.g. emotional state, motivation) has not been found, there are other similar professional looks on the positive effects associated with motivational quotations.

One of the reasons released in an article by Gwen Moran has to do with the fact that the message in such quotes are motored by a powerful language usage. More importantly, it also has to do with our basic human characteristics that seek out more powerful figure as an example to follow. As Muslims, we firmly believe that the Holy Quran contains the words of Allah Swt, the most powerful source there is. Hence, safely to say that it is automatic that we are touched and motivated by verses of the Quran but this time, it is presented in a less conventional but without reducing its meaning whatsoever.

The third alternative tech-savvy tool to bring us closer to Al-Quran can be found in SoundCloud, a platform that enables free music and podcast sharing, worldwide. A team of Muslim millennials in Indonesia sees this platform as an opportunity to do goodness, particularly in spreading the spirit of getting closer to the Holy Quran for the younger generation. The #QuranIDProject short for Quran Indonesia Project was found publicly in 2014 and it is still active in ‘spreading, even if it is just one verse’ – according to their motto. One audio track equals to one (or more) verse(s) of the Quran and they come not only in the original Arabic language, but also in Indonesian and English translations. To attract more young listeners, famous and young Indonesian artists are the ones reading the verses of the Quran instead of Sheikhs. Clearly, the audio tracks in #QuranIDProject are incomparable to how the Sheikhs recite the holy verses. Nevertheless, it is a nice start and certainly a positive movement from the youths to encourage their generation, to not just be drown in worldly matters but also to be closer to the Holy Quran.

The final alternative is offered by Learn Quran Tajwid: an App that helps you learn how to recite the Holy Quran itself. Instead of learning how to read the original language of the Quran traditionally (i.e. coming to a Madrasah), people can access Quran study anyplace and anytime. Among the different features of this App, users can record their own voices and listen to how the hafiz read it, to check whether the users read it correctly. Furthermore, users can evaluate their comprehension of the tajwid with just a few easy steps. Learn Quran Tajwid is therefore especially suitable for Muslim millennials who have so much on their plates but want to improve their Quran reciting technique.

In the era of technology, it is hard for Muslim millennials to avoid the internet and the different kinds of application offered, completely. Therefore, we simply need to utilise it wisely, especially the ones that can lead us to have a more pious life. Since gadget is our ‘best friend’ with whom we access the internet and its applications, four viable options are given in this article as the alternative solution, namely Muslim Pro, @quransayings (and any similar account), #QuranIDProject on SoundCloud, and Learn Quran Tajwid. Do bear in mind that these options are just the ‘taster’ of the whole Al-Quran. We definitely must seek other learning opportunities to enrich our knowledge of the Quran, as there are so much more to the Quran than just what can be found on your screen.

 

Written by Rinda S. Kurnia for Learn Quran

References

https://www.statista.com/statistics/253577/number-of-monthly-active-instagram-users/ (Instagram users)

https://www.fastcompany.com/3051432/why-inspirational-quotes-motivate-us (Factors behind liking motivational quotes)

http://productivemuslim.com/utilizing-social-media-to-gain-barakah/ (Noshin Bokth’s article)

Read More
flowers-meadow-wood-forest

Advices and Things To Learn from Surah Maryam

Do you need advice? Many times when we are experiencing difficulty people will tell us to recite the Qur’an or to find solace within the pages of the Qur’an

Surah Maryam is the nineteenth chapter of the Quran. Like every Surah of the Quran, it contains valuable gems and lessons. Below is a list of advices and lessons one can find in Surah Maryam:

 

  1. The Favors of Allah

Surah Maryam begins with the story of one of our champions; Zakariyyah (alayhi salam). Allah SWT says:

“[This is] a mention of the mercy of your Lord to His servant Zakarriyah.” (Surah Maryam 19: 2)

When reading this verse, a question comes to mind; was it only Zakariyyah (alayhi salam) who received Allah’s mercy and blessings, or am I a recipient of Allah’s mercy too? In the midst of our life problems and trials, we zoom in on the problems and complaints so much that we forget the bigger picture of Allah’s favours and mercy. We fail to realize how submerged we are in the blessings of Allah. It wasn’t only Zakariyyah who received Allah’s mercy, we receive it too.

 

  1. Do not despair

“When he called his Lord (with) a call in secret.  He said: “My Lord! Indeed my bones have grown feeble, and my head has filled with grey hair, and I have never been unblessed in my invocation to You, O my Lord! And verily, I fear the successors after me, and my wife is barren. So give me from Yourself an heir. Who shall inherit me, and inherit (also) the posterity of Ya`qub. And make him, my Lord, one with whom You are well-pleased!” (Surah Maryam 19:3-6).

Look closely at the words of Zakariyyah (alayhi salam). He mentioned his old age and the condition of his wife and yet he was not despaired. He had conviction in the power and ability of Allah to fulfill his prayer. He was not despaired of his situation and rather had full belief that Allah would answer his call. This is what we must learn from him; patience and conviction in duas!

Often when we are not granted what we ask for, we stop praying for it. However, we must keep praying and have certainty in Allah. Prophet Muhammad (PBUH) said: “The supplication of every one of you is granted if he does not grow impatient and says: I supplicated but it was not granted.” (Muslim)  

pexels-photo-296282
Even if you don’t see your duas being accepted right away, have faith! Your supplications are not going in vain. Prophet Muhammad (PBUH) has told us: “There is no Muslim who does not offer any dua in which there is no sin or severing of family ties but Allah will give him one of three things in return: either He will answer his dua sooner, or he will store it up for him in the Hereafter, or He will divert an equivalent evil away from him because of it.”

 

  1. Nothing is difficult for Allah

(He was told) “O Zakariyyah! Verily, We give you the glad tidings of a son, His name will be Yahya (John). We have given that name to none before (him).” He said: “My Lord! How can I have a son, when my wife is barren, and I have reached extreme old age? [An angel] said, “Thus [it will be]; your Lord says, ‘It is easy for Me, for I created you before, while you were nothing.’ “[Zakariyyah] said: “My Lord! Appoint for me a sign.” He said: “Your sign is that you shall not speak unto mankind for three nights, though having no bodily defect.” (Surah Maryam, 19:7-10)

When Zakariyyah (alayhi salam) was given the tidings, he was amazed. Although he was the one who had prayed for it, he couldn’t believe it and he couldn’t understand how this would happen. But Allah (swt) told him that this was easy for Him. He reminded Zakariyyah of how He had created him from nothing.

Allah is the Creator and He is not dependent on any means like us humans. He is the Creator and provider of all means. So, whether you are suffering from a chronic disease or whether you are stuck in a situation with no door for escape, do not fret! Simply turn to Allah with full conviction. Make dua to Allah for He can turn the impossible into possible. It may be difficult for us to comprehend how something would happen, but it is not difficult for Him. He can create doors which were previously invisible. He can make a way out when there is none in our sight. The only thing we need to do is pray with complete certainty!

Zakariyyah (alayhi salam) was aware of the power and might of Allah. We need to realize the same. The One who is able to sprout a lifeless seed into a plant full of colors and flavors, the One who can spring water from solid rocks, the One who turns a dark night into a pleasant day, can He not answer our seemingly impossible prayers? Whenever a gleam of despair tries to steal into your heart, remember you have a Rabb who says: It is easy for Me!

 

  1. What to do when your prayer is answered

“Then he came out to his people from Al-Mihrab (a praying place or a private room, etc.), he told them by signs to glorify Allah’s Praises in the morning and in the afternoon.” (Surah Maryam, 19:11)

To put his heart at ease Zakariyyah (alayhi salam) asked for a sign from Allah. This was not due to disbelief. Rather, he was only a human and wanted a physical sign to satisfy his heart regarding the fulfillment of his prayer. Allah SWT told him that he would not be able to speak to anyone for three days despite being physically sound and healthy. Zakariyyah (alayhi salam) then came out of his praying place and gestured to the people to glorify Allah. This story of Zakariyyah (alayhi salam) has also been related in Surah Ali-Imran. Over there it states:

“Your sign is that you will not [be able to] speak to the people for three days except by gesture. And remember your Lord much and exalt [Him with praise] in the evening and the morning.” (Surah Ali-Imran, 3:41)

This was a reminder for Zakariyyah (alayhi salam) to glorify Allah and be grateful to Him for the blessings that He had bestowed upon him. Zakariyyah gestured the same to his people. In response to the fulfillment of his supplication, Zakariyyah (alayhi salam) increased in the glorification and praise of Allah. Not only did he engage in it himself, he instructed his people to do the same and he is giving us the same message, when you receive a blessing of Allah and when a prayer is answered, do not forget Allah and turn away from Him.

Generally, when we receive something that we have wanted and prayed for, we become so overjoyed that we forget the Benefactor. We start attributing the blessing to our own wisdom, strength, capabilities and hard work, forgetting that we cannot gain anything with our capabilities unless Allah wills it.

 

Written by Retno Laras for Learn Quran, 2017

Read More
pexels-photo-590491 (1)

4 Muslim Women Role Models Everyone Should Look Up To

Other than the obvious Khadijah bint Khuwaylid and Aisha bint Abu Bakr, here is the list of five muslim women role models who you probably have not heard before:

 

  1. Nusaybah bint Ka’ab

Nusaybah is one of the few Sahabiyat who physically fought in battle in defense of the Messenger of Allah SWT and an advocate for Muslim women’s rights.She took part in numerous major events, including The Treaty of Hudaybiyyah, Battle of Uhud, Battle of Hunayn, Battle of Khaybar, and Battle of Yamamah.

Nusaybah bint Ka’ab is most famous for her brave efforts in defending Prophet Muhammad (PBUH) in the Battle of Uhud. Like many other Sahabiyat, Nusaybah was initially there to aid the soldiers during battle. In excitement of perceived victory, the Muslim archers on the hill deserted their positions and neglected Prophet Muhammad’s (PBUH) orders to never leave their position. This left him (PBUH), and a handful of companions vulnerable to their enemies, including Nusaybah. The tide of the battle had changed.

Nusaybah, then, picked up a sword and arrows, and rushed to the defense of the Messenger of Allah. She struck fatal blows to her opponents with her swords and shot arrows at them to protect the Prophet (PBUH). He (PBUH) himself said, “Wherever I turned, left or right, on the Day of Uhud, I saw her fighting for me.” Near the end, she was inflicted with 13 wounds. At Nusaybah’s request, the Prophet (PBUH) asked Allah (SWT) to make them his companions in the Paradise. She was content, as this was her only aspiration.

She was not only brave on the battlefield, but also in her efforts as an advocate for Muslim women. She asked the Prophet (PBUH) why the Qur’an only mentioned men, and not women. Soon thereafter, Ayah 35 of Surah Al’Ahzab was revealed:


Indeed, the Muslim men and Muslim women, the believing men and believing women, the obedient men and obedient women, the truthful men and truthful women, the patient men and patient women, the humble men and humble women, the charitable men and charitable women, the fasting men and fasting women, the men who guard their private parts and the women who do so, and the men who remember Allah often and the women who do so – for them Allah has prepared forgiveness and a great reward.”


She let nothing stop her from defending Islam and the Messenger of Allah. Nusaybah was outspoken and remained true to her deen. Ambitious, loyal, devoted, brave and empowered, she possessed qualities we all strive to have.

 

2. Zubaidah bint Ja’far

Zubaidah bint Ja’far is known as a woman of strong intellect and deep compassion. She used the enormous wealth and power derived from her position as the wife of the fifth Abbasid Caliph, Harun al-Rashid, to serve others as well as to promote Islam. The Abbasid Caliphate was the third Islamic caliphate and lasted from 750 to 1258. This period is commonly referred to as the “Islamic Golden Age” due to the sheer number of scientific, literary, philosophical, and technological contributions from the Muslim community during this period.

Zubaidah bint Ja’far had the privilege of growing up in this environment where the society had respect for knowledge. Thanks to her access to learning opportunities as well as a powerful intelligence, Zubaidah was well versed in the Holy Quran and Hadith. She is even thought to have put her money to use creating jobs for female reciters of the Quran within her living quarters so that she could hear the words that were so close to her heart. Some sources even describe her apartments as having sounded “like a beehive,” due to the murmur of constant recitation of the holy book.

In addition to this considerable religious knowledge and devotion, Zubaidah was an avid patron of the arts and sciences. She wrote several well-known poems herself and was always keen for opportunities of discussion and further learning. She and her husband, Caliph Harun, were even featured in several stories that Scheherazade told the King in “One Thousand and One Nights!”

Perhaps her greatest and most well-known feat from both an engineering and social service perspective was the design and implementation of a water well system along the path from Zufah in present day Iraq to Mecca. Disturbed by the difficulties facing her fellow Muslims when they made Hajj, Zubaidah set out to ease the journey for pilgrims on their way to Mecca. Hiring a team of skilled engineers and putting her wealth at their disposal, the devout Zubaidah stopped at nothing, ensuring that Muslims would travel in greater comfort along Darb Zubaidah (“Zubaidah’s” Way) for centuries to come. Indeed, the route along which she had commissioned the creation of this well system soon become essential to regional trade and the remains of an aqueduct dating from that period and known as “Zubaidah’s River” can still be seen today near Mount Arafat, east of Mecca.

 

3. Sumayyah bint Khayyat

Sumayyah bint Khayyat was the first woman to be martyred and the first person to give her life for the sake of Islam. Before Sumayyah accepted Islam, she was a slave in Mecca. When Prophet Muhammad (PBUH) began preaching the religion of Islam, there were around 7 people who said the shahada, or declaration of faith. Summayyah bint Khayyat was one of these 7 who boldly and confidently declared her dedication to Allah (SAW) and his Messenger (PBUH). It is quite interesting to note that at the time Islam was introduced, the circumstances in Mecca were hostile, and women were treated horribly. However, when a former slave wished to accept Islam, she was allowed and treated with as much respect as any other man who had accepted the religion.

Over time, many people began accepting Islam, men and women both. Of course, this was angering news for the non-believers in Mecca. Converts of Islam were threatened and told to give up the religion they had accepted. Some of these Muslims were wealthy and powerful, and came from families with a higher status and rank than others. Sumayyah, who had been a slave prior to Islam, was one of the many Muslims who had no class to protect her. Thus, she along with her husband and son were amongst the many newly converted Muslims who were tortured and beaten simply for the religion they believed in. Those who tortured Sumayyah gave her the “opportunity” to renounce her faith to save herself and her family from the beatings and torture. Of course, Sumayyah denied over and over again, despite the fact that the religion does allow “giving up Islam” in front of one’s’ oppressors if it came to saving his or her life. Still, however, Islam’s first heroine continued to speak against the face of denying God’s word.

Eventually the torturing got out of hand. Abu Jahl proceeded to torture Summayyah. Abu Jahl asked her repeatedly if she would give up Islam, but she continued to deny giving up her faith despite the pain she endured so strongly. He ended up stabbing her so painfully that she ended up martyred. Thus, Sumayyah bint Khayyat became the first martyr of Islam, and became a symbol to not only all the Muslim women who would follow her, but also to Muslim men as well. She is a symbol of strength, courage, bravery, and faith. She is a battle against the image that Muslim women are oppressed, for her death resists the idea that Muslim women do not have a choice to choose Islam. May Allah grant Sumayyah bint Khayyat the highest level of heaven.

 

4. Fatima al-Fihri

Fatima al-Fihri is the founder of world’s first ever university. She was born in Tunisia into a wealthy family, her father was a successful businessman and had one sister named Mariam. They were a pious, well-educated family with great social standing and eventually moved west to Morocco. Both Fatima and Mariam were greatly invested in community betterment and set to work in Fes, Morocco. When their father passed away, they inherited a fortune and dedicated their lives to disseminating Islamic arts, religious learning, and architecture. Mariam went on to found the al-Andalus Mosque, while Fatima set her sights on constructing the Qarawiyyin Mosque.


According to the Guinness Book of World Records, the Qarawiyyin Mosque is the oldest University in the world because of its degree-granting status in the context of its era. The university thrived on the intelligent and dedicated individuals to study Islamic theology (and develop political and social interactions) there in order to assume administrative positions. Some of the notable student there were Muhammad al-Idris and Ibn Khaldun.

Fatima al-Fihri puts to notion the rest that education is secondary for Muslim women. Her life also speaks volumes about the contribution of Muslim women to Islam and Islamic history as we know it today. Fatima al-Fihri is pivotal to Islam, not just because she was the founder of an institution that is running to date, but because she represents exactly the kind of Muslim woman we strive to be: Pious, well-intentioned, generous, educated, empowered, and productive.

 

Written by Retno Larasati for Learn Quran, 2017

Read More
2017-12-11 02.45.26 1

Lahirnya Sebuah Aplikasi Belajar Al-Quran dari Perut Bangsa

Sebagian dari kita mungkin tidak asing lagi dengan Tempat Pendidikan Al-Quran atau TPA yang dahulu didaftarkan orang tua kita untuk mempelajari Al-Quran dari usia dini.

Banyaknya kajian dan pengajian diadakan oleh beberapa lembaga dan masjid, memudahkan kita untuk terus memperdalam dan mengasah ilmu yang sudah tertanam dari dini tersebut. Lalu, bagaimana untuk kita yang memiliki segudang aktivitas di waktu yang sempit, agar bisa terus mengimplementasikan ilmu tersebut?

Jawabannya ada pada smartphone yang biasa menemani kita setiap hari. Kok bisa? Tentu saja bisa! Sekarang kita tidak hanya bisa menggunakan smartphone untuk social media atau games saja, kini hadir aplikasi untuk kita belajar Al-Quran, yakni Learn Quran!

 

Apa itu Learn Quran?

Learn Quran adalah perusahaan pengembang aplikasi software yang memiliki visi besar untuk umat, yaitu: menciptakan solusi teknologi alat belajar Quran terbaik di dunia. Produk pertama Learn Quran adalah Learn Quran Tajwid, aplikasi mobile yang membantu penggunanya untuk mempelajari cara membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang baik dan benar sesuai tajwid dan hukum bacaannya.

Untuk sebuah aplikasi, materi pembelajaran yang tersedia di dalam aplikasi Learn Quran Tajwid sangat lengkap, mulai dari huruf-huruf Hijaiyah sampai hukum-hukum tajwid seperti makharijul huruf, dan lain sebagainya. Learn Quran Tajwid juga merupakan aplikasi yang cocok untuk semua level. Bagi level pemula atau yang baru saja memulai membaca Quran tidak perlu khawatir, karena Learn Quran memberikan kemudahan dengan menuliskan huruf-huruf dasar dengan transliterasi huruf latin dan disertakn audio untuk mengetahui cara pengucapannya.

 

Awal Berdiri Learn Quran

Learn Quran diprakarsai oleh Mohamad Sani selaku CEO Learn Quran saat ini. Pada tahun 2013, ide untuk membuat sebuah aplikasi belajar Al-Quran lahir dan direalisasikan oleh tim kecil Learn Quran dengan menggandeng rekan-rekan magang di PT BADR Interactive.  Saat itu, Sani yang merupakan lulusan Ilmu Komputer Universitas Indonesia dan Mobile Design & Engineering Univeristy of Glasgow menjadi project manager yang memimpin proses pengembangkan produk Learn Quran (saat ini sudah berubah namanya menjadi Learn Quran Tajwid)

“Saat itu BADR Interactive menerbitkan beberapa aplikasi, tapi memang Learn Quran yang mendapatkan respon terbaik.” jelas sang CEO.

Walaupun mendapat respon baik hingga mendapatkan rating 4.8 di App Store dan Playstore, diawal pembuatannya menjadi awal berat bagi tim Learn Quran.

Sebelum bisa kita nikmati aplikasinya, Learn Quran harus melalui proses pembuatan selama hampir dua tahun! Dengan SDM yang terbatas, pengembangan software menjadi perjuangan bersama.

Selain pengembangan dan produksi, team Learn Quran berkomitmen untuk membuat sebuah aplikasi yang serius, berkompeten, dan tidak main-main, dari mulai software, desain sampai dengan logo. Sehingga buru-buru bukan menjadi pembendaharaan kata mereka.

“Walapun memakan waktu selama itu, alhamdulillah, membuahkan hasil. Respon netizen sangat baik.” beber sang Founder.

Selain mendapat respon baik dari masyarakat, waktu yang tidak sebentar juga membuat Learn Quran menjadi aplikasi yang mature dengan jam terbang yang sudah mencapai 5.000 jam lebih!

Arti Sebuah Nama Produk

Setelah punya ide yang brilian, langkah selanjutnya sebelum memasuki tahap produksi adalah penentuan nama produk. Bagi tim Learn Quran, nama produk menjadi hal yang sangat esensial dan tidak bisa sebarangan.

Kemudian dibuat observasi mengenai sebuah nama produk. Salah satu yang didapatkan mereka adalah sebuah produk digital bisa dapat dengan mudah ditemukan oleh netizen dan pastinya mudah dilafalkan.

Akhirnya nama Learn Quran dipilih sebagai nama aplikasi mereka dengan tujuan untuk menargetkan tepat kesasaran netizen yang haus akan pendidikan agama.

“Kita memang mau to the point aja untuk nama aplikasi kami dan memang aplikasi ini memang aplikasi belajar Al-Quran and it works!” imbuh pria yang akrab disapa Sani.

Keputusan mereka terbukti sangat ampuh, karena menurut hasil telusuran, 99% orang yang mengunduh Learn Quran merupakan dari hasil pencarian dari keyword yang mereka pilih.

“Disitu lah keuntungan kami, tanpa ada dana marketing tambahan, kami sudah dapat organic downloader.” sambungnya lagi.

 

Target dan Cita-Cita Besar di balik Learn Quran

Apa yang mereka dapatkan dan respon yang sangat baik, tidak membuatkan tim Learn Quran berpuas. Dari aplikasi sejenis, Learn Quran memiliki keunikan, kualitas, dan tujuan besar.

Banyak aplikasi sejenis yang bisa kita temukan, tapi apa yang dapat meyakinkan kita pada Learn Quran? Selain proses, pembuatan, dan pemikiran yang tidak sebentar, hal tersebut juga menjadi bukti Learn Quran dibuat secara maksimal. Dapat dilihat juga dari tagline yang merepresentasikan tujuan besar mereka, yakni: The best tech solutions to learn Quran. Semoga kita bisa menjadi bagian dari mimpi besar anak bangsa, Amin!

 

Ditulis oleh Fertina dan Tim Learn Quran

Read More
  • 1
  • 2